Ngajang Laqo Titis Minak Berajo Suttan Tuan Ratau di Bumei

GERBANGREPUBLIK.COM (LAMPUNG TIMUR) — Begawei  adat  Lampung  Keluarga besar Muhammad Saleh,S,Sos.MIP ( Suttan Tuan Ratau Di Bumei ), Herwan Syah ( Pengiran Buai Subing ), Agus Rizani ( Pengiran Pukuk ).  Pada perayaan puncak  pernikahan Gawi adat Dwiyan Saputra bin Mohammad Saleh dengan Yulia  Septiyana ahmad Bukkuk  Jadi Tegi nenong dilaksanakan di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi  Besar Kabupaten Lampung Tengah, ( 6/05/18)

Prosesi pernikahan Dwiyan Saputra  putra Mohammad Saleh,S,sos,MIP di laksanakan secara adat  dan Ngajang Laqo, dalam pengertian Nagajang LAQO suatu prosesi pengambilan Seorang gadis secara adat  dan serah  terima  gadis  kepada pihak  mempelai pria  pun  secara adat  di saksikan  Tokoh Tokoh adat
dan pelaksanaan  nya  melalui proses  sidang perwatin adat.

Penobatan Dwiyan Saputra  oleh   Pelaksana Gawi Ngediqo Kepalo Ratau, di saksikan  Minak Perbew Sattei, Minak Tuan Kujo Kuaso, Minak Sanjayo dan Tokoh adat Bandar Pak ( empat tokoh adat Kebandaran ),  Suttan Ratu Buai Nuat  gunung Raya ( dari pihak Kelamo ) dan toloh adat Terbanggi Besar.
Dengan di canangkan di Sesat Agung Terbanggi,  Dwiyan Saputra di sakralkan menyandang gelar SUTTAN NGUKUP SEBUAI SUBING dan istrinya ( inggeman ) Yulia Septiyana bergelar  SUTTAN SEMBAHEN SUTTAN.
Mohammad Saleh,S,SOS,MIP ( Suttan Tuan Ratau Di Bumei )  yang kini berganti gelar MINAK BERAJO MAKKO,  Usai  penyerahan Tahta Pepadun ( Tahta Kerajaan ) menitip pesan kepada putra nya,  supaya bisa  berinteraksi sesama tokoh adat,menjaga marwah adat,agama,hubungan sosial masarakat satu sama lain terutama pada hubungan garis keturunan.

Di tempat terpisah Agus Rizani ( Pengiran Pukuk ) salah satu keturunan MINAK BERAJO, meyampaikan bahwa  Ngajang Laqo adalah Hikayat pada Zaman Syeh Ayub Ratau Di Daho atau banyak yang menyebut Siap Ayub Ratu Di Daho, saat Mempersunting seorang istri  ( permaisuri ) bersama keluarga dan MINAK TUAN KUJO KUASO, dengan satu sarat harus menyerahkan  Umbut ( rotan muda ) yang berada di seberang sungai Tulang Bawang tanpa menggunakan alat perahu, maka sarat tersebut di terima dan di laksanakan dari pihak Syeh Ayub lalu di serahkan Umbut kepada pihak Keluarga gadis, atas kesepakatan keduabelah pihak maka prosesi adat dilaksanakan pertama dipihak perempuan/gadis  lalu sang Gadis di hantarkan secara adat  melalui sungai menggunakan perahu kepihak Laki laki  dan di terima secara adat inilah yang di sebut Ngajang Laqo  sampai saat ini Ngajang Laqo  masih di sakralkan oleh keturunan Minak Berajo, “.kata Agus

Lanjut,Agus Rizani sebagai pepang penyambut Suttan Tuan Ratau Di Bumei memaparkan  sekelumit kisah  Syeh Ayub Ratau Di Daho dan MINAK BERAJO SELEBAH adalah keturunan Tuan Baitullah / Syeh Adepei,  Syeh Ayub Ratau Di Daho mempunyai empat keturunan
1.Minak Perbeuw Sattei
2.Minak Tuan Kujo Kuaso
3.Minak Sanjayo
4.Minak Berajo
Dan Minak Berajo Selebah mempunyai tiga keturunan
1.Minak Sang Rebut
2.Minak Rajo Mudo
3.Minak.Pematau
Dari ke tujuh keturunan inilah yang merupakan  cikal bakal  Terbanggi atau yang di sebut Terbanggi TUJU SUKU.

Kalau kita lihat dari sejarah ini kata Agus Rizani , begitu penting nya Wawasan yang luas selaku tokoh adat yang  mengedepankan mufakat, dan mempunyai sifat arip  bijaksana dalam penataan kedudukan di keluarga saling menghormati satu sama lain sehingga bisa menciftakan kerukunan dan keharmonisan   hingga di  Zaman  anak keturunan Minak Berajo,” ungkap Agus Rizani.(KEMAS)

Komentar