GR (Tanggamus) — Penerapan item peraturan alokasi 20 persen dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pengembangan perpustakaan, belum berjalan semestinya di Tanggamus.
Pasalnya, sebagian besar perpustakaan sekolah di Kabupaten ini masih belum memadai, baik dari sisi sarana prasarana penunjang. Juga sumber daya manusianya maupun koleksi buku bacaan dan buku kurikulum, yang masih jauh memenuhi target satu anak satu buku.
Menurut Ketua Forum Literasi Lampung (FLL) Eni Amaliah didampingi Ketua Ikatan Pustakawan Infonesia (IPI) Kabupaten Tanggamus Zonizar dan Anggota DPR Provinsi Lampung Ir. H. Akhmadi Sumaryanto, jika peraturan alokasi dana BOS sekolah.
Yakni 20 persen dari dana BOS untuk pengembangan perpustakaan sekolah, maka dapat dipastikan, keberadaan perpustakaan. Akan sangat berperan dalam mencerdaskan anak bangsa, karena minat baca anak didik akan semakin meningkat, dengan terpenuhinya buku dan sarana prasarana yang nyaman.
“Harapan kami dukungan nyata dari Pemerintah Daerah, yakni tindakan langsung, bukan lagi wacana, rencana dan sebagainya. Kami ingin kerja nyata, beri kami buku akan kami salurkan kepada anak bangsa, atau Dinas terkait monitoring penerapan juknis BOS. Yaitu penerapan 20 persen dari dana BOS untuk pengembangan perpustakaan, apakah sudah berjalan di sekolah-sekolah, ” katanya, Senin (30/04/2018) usai mengisi materi pada kegiatan seminar literasi Tanggamus.
Sementara itu Ketua IPI Tanggamus Zonizar menerangkan, sebenarnya peran dan dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus sudah cukup baik untuk dunia literasi.
Namun tentunya diharapkan lebih ditingkatkan lagi, terutama dukungan dan suport kegiatan kegiatan literasi, termasuk dalam kegiatan seminar literasi.
“Seperti suport Pemkab sangat kami harapkan dalam pengembangan perpustakaan sekolah, untuk meningkatkan budaya membaca pada anak didik, dengan harapan generasi kedepan menjadi generasi yang berkualitas dan cerdas, ” terangnya.
Akhmadi Sumaryanto menambahkan, bahwa perkembangan dunia literasi haruslah didukung oleh semua pihak, baik Pemerintah msupun masyarakat sendiri.
“Tentulah harus didukung semua pihak, karena dunia membaca sangat berdampak posotif bahi kemajuan pembangunan negeri ini. Melalui literasi atau membaca akan membuka jendela dunia, sehingga dan ilmu yang bermamfaat akan didapatkan,” katanya.
Sementara itu menanggapi perkembangan literasi di Tanggamus, relawan literasi dari akademisi, yakni DR. Laila Maharani M.pd, yang juga Dosen UIN Radin Intan Lampung mengatakan, sudah saatnya kini kembali menggiatkan budaya membaca dari gerakan literasi.
Hal tersebut dikarenakan mulainya ada pergeseran pergeseran dimasyarakat utamanya kaum muda, yang lebih condong beralih kepada hal yang bersifat instan, begitu juga dengan membaca bergeser kepada media digital yang rentan informasinya hoak.
“Menurut saya walaupun saat ini era digitalisasi sudah menjadi trend di masyarakat, utamanya para generasi muda, namun keberadaan buku tetaplah sumber ilmu yang utama. Karena buku jelas asal dan terbitannya, sedangkan didalam media online, belum jelas, kebetulan copi paste yang baik maka info yang didapat baik dan sebaliknya, jika infonya hoak, maka akan berdampak buruk, ” katanya. (RH).







Komentar