GR ( Manggarai Barat ) – Warga Dusun Bontang-Dalong, Desa Watu Nggelek, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, merasa cukup resah dengan aktivitas proyek yang dilakukan oleh PT. FLORESCO di sekitar desa tersebut. Pasalnya, aktivitas proyek tersebut menyebabkan lingkungan sekitar menjadi berdebu dan suara-suara aktivitas proyek tersebut dinilai cukup mengganggu masyarakat setempat.
Vergilius Dahmrin, warga RT 01, Dusun Bontang-Dalong, Desa Watu Nggelek, mengatakan bahwa mereka cukup terganggu dengan adanya aktivitas proyek di desa tersebut. (17/07/20)
“Kami melihat dan memantau proses aktivitas kegiatan oleh proyek PT. FLORESCO kurang lebih satu bulan ini cukup terganggu bagi kami”, ungkap Vergilius.
Lanjut Vergilius, banyak warga sekitar area proyek tersebut mengalami batuk-batuk, sesak pernapasan, dan flu, diduga karena kondisi lingkungan disekitar yang cukup berdebu akibat adanya aktivitas proyek tersebut.
“Banyak warga sekitar area proyek mulai dari balita hingga lansia mengalami gangguan kesehatan seperti batu-batuk, flu, sesak pernapasan”, ungkap Vergilius.
Lanjut Vergilius, aktivitas proyek di desa tersebut menyebabkan debu tebal yang cukup mengganggu terus bertebaran.
“Sekeliling rumah kami ini terkena endapan debu tebal semua, mulai dari pakaian jemuran jadi kotor, tanaman sayur, padi terkena polusi tersebut. Kami menghirup udara yang tidak baik untuk kesehatan yaitu dari produksi olahan semen dan material lainnya dan keluar masuk kendaraan tanpa hentinya sehingga polusi udara dimana-mana”, tegas Vergilius.
Lanjut Vergilius, PT. FLORESCO juga membuang material disekitar aliran drainase persawahan masyarakat setempat, sehingga menurutnya hal tersebut berdampak buruk pada tanaman para petani. Selain itu pelaksanaan proyek tersebut menyebabkan suasana di desa tersebut menjadi cukup bising diakibatkan adanya aktivitas alat-alat proyek.
“PT. FLORESCO juga disini membuang limbah material di aliran drainase persawahan kami, kebetulan dekat areal proyek juga ada persawahan. Sehingga tumbuhan padi kami terkontaminasi dengan material-material proyek tersebut. Keberatan kedua disini, pelaksanaan proyek PT. FLORESCO cukup terganggu, bising dari aktivitas alat berat eksa, loder, mobil molen campur semen” tutur Vergilius.
Selain itu, Virgilus menilai keberadaan karyawan PT. FLORESCO yang bekerja di lokasi proyek tersebut membuat mereka cukup khawatir. Pasalnya, karyawan PT. FLORESCO banyak yang berasal dari luar NTT. Mereka cukup khawatir disebabkan adanya pandemi Covid-19 saat ini. Ia juga menambahkan, Keberadaan karyawan PT. FLORESCO di lokasi proyek tersebut pun tidak pernah dilaporkan ke pemerintahan desa setempat.
“Keberatan ketiga disini juga, pengadaan karyawan yang terlalu besar dari daerah luar. Kami sangat khawatir dengan keberadaan mereka disini, apalagi sekarang pandemi virus corona yang menimpa kabupaten kita ini. Rata-rata karyawannya dari luar NTT seperti dari Jawa, dan lain-lain. Dan yang fatalnya lagi, mereka tidak melapor diri ke desa, tidak menemui RT/Dusun setempat terkait keberadaan mereka disini”, tutup Vergilius Dahmrin.
Sementara itu, Agustinus Adi, SE, selaku Kepala Desa Watu Nggelek, mengatakan bahwa masyarakat di sekitar lokasi proyek tersebut mengeluh dan mengadu padanya terkait keberadaan proyek yang berada di didalam wilayah desa yang dipimpinnya tersebut.
“Dua hari terakhir ini, saya mendapat informasi dari masyarakat sekitar lokasi proyek dengan berbagai latar belakang keluhan maupun aduan” ungkap Agustinus. (17/07/20)
Agustinus melanjutkan, dirinya cukup kaget sebab tiba-tiba ada aktivitas proyek oleh PT. FLORESCO di Desa Watu Nggelek tanpa ada pemberitahuan dan sosialisasi kepada masyarakat setempat.
“Saya langsung tugaskan dusun setempat tangani masalah itu untuk sementara waktu. Saya juga kaget selama ini, tiba-tiba disana ada aktivitas seperti itu, tanpa adanya pemberitahuan ataupun sosialisasi ke masyarakat sekitar”, jelas Agustinus.
Agustinus mengakui pihaknya telah menyurati pimpinan PT. FLORESCO agar meminta klarifikasi terkait aktivitas proyek tersebut.
“Kita selaku Pemerintah Desa Watu Nggelek, sudah bersurat ke pimpinan tertinggi PT. FLORESCO untuk klarifikasi aktivitas tersebut. Soalnya kegiatan tersebut belum ada pemberitahuan sama sekali, kasian warga saya itu malah kena dampak dari aktivitas produksi itu” ungkap Agustinus.
Lanjut Agustinus, masyarakat di desa yang ia pimpin tersebut menuntut agar PT. FLORESCO segera memberhentikan aktivitas proyek dilokasi tersebut.
“Tuntutan warga setempat ‘stopkan aktivitas proyek tersebut’, mereka sangat terdampak sekali dengan adanya aktivitas itu” tutur Agustinus.
Berdasarkan pantauan media ini, tepat di jalan utama Trans Labuan Bajo-Ruteng, aktivitas proyek PT. FLORESCO tersebut menyebabkan serpihan material berjatuhan di badan jalan. Tumpukan material tersebut berpotensi menyebabkan kecelakaan bagi para pengguna jalan yang melewati jalur tersebut.(RN/EL)










Komentar