GR – Lembata, NTT – Ada banyak cara untuk menjadi bahagia bersama alam. Ketika manusia mendekatkan diri dengan alam, maka alam akan memberikan kepada manusia kelimpahan. Sebaliknya, apabila manusia tamak dan suka merusak alam, manusia pula yang akan meneima dampak dari alam seperti banjir, erosi pantai dan bencana alam lain sebagainya. Oleh sebab itu, tak ada salahnya banyak orang, baik secara individu maupun kelompok, LSM, NGO, institusi, pemerintah, serta aktivis lingkungan lainnya kerap menyerukan keselamatan alam lingkungan dengan berbagai macam cara.
Salah satu sosok yang menginspirasi anak muda Lembata adalah Ama Kayo, sapaan Yohanes Ama Kayowuan, S.Hut, sosok yang memiliki hobby untuk touring sejak berada di bangku kuliah. Kegemaran touring Ama Kayo yang dipupuk sejak tahun 2009 ketika menempuh jenjang pendidikan di Kota Malang, Jawa Timur. Mengawali hobby yang terbilang unik dan dapat menambah pundi-pundi ini, Ama Kayo bergabung di sebuah organisasi yang sudah terkenal di seluruh kampus se-nusantara, yakni Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) di kampus Institut Pertanian Malang.

“kalau suka touring dari 2009 waktu masih kuliah di Malang, kampus Institut Pertanian Malang. Saya lihat ada teman-teman yang punya hobby yang sama terhadap lingkungan alam dan bergabung di MAPALA kampus kami yakni MAPALIMA, Mahasiswa Pencinta Alam Institut Pertanian Malang. Kemudian mendorong saya bergabung di MAPALIMA”, ujar pria kelahiran 1991 kepada media ini saat dihubungi.

Bergelut di MAPALIMA, Ama Kayo terus mengasah kepekaannya terhadap kebersihan lingkungan alam yang diawali dari Kota Malang hingga hampir seluruh tempat wisata di Indonesia yang pernah ia pijakan kakinya sembari melepas kepenatan. Beberapa tempat yang pernah ia kunjungi seperti Taman Nasional Waykambas-Lampung, Taman Wisata Alam Batu Putih-Sulawesi Utara, Gunung Kerinci-Jambi, Taman Bawah Laut Bunaken-Sulawesi Utara, Rumah Adat Tanah Toraja-Sulawesi Selatan, Gunung Merbabu Jawa Tengah, Gunuung Simeru-Jawa Timur, dan masih banyak lagi.
“suka pungut sampah, terutama di tempat-tempat wisata. Orang seringkali buang sampah di sana (tempat wisata) sehingga tidak saja mengganggu pemandangan, tetapi dapat merusak ekosistem sebuah tempat wisata. Jadi, kalau tempatnya bersih, segar kan enak untuk membuang lelah perjalanan dan ngopi”, ungkap pria asal desa Kolontobo yang bermimpi untuk menjadi guide ini.
Di kampung halaman pulau Lembata, Ama Kayo terus melakukan touring baik di Kabupaten Lembata maupun kabupaten lainnya di propinsi Nusa Tenggara Timur untuk “refreshing” sambil tetap memungut sampah yang berserakan di lokasi wisata. Adapun beberapa lokasi wisata di NTT yang pernah dikunjungi untuk mengisi waktu senggangnya adalah Wairebo-Ruteng, Gua Rangko dan Pulau Pada-Labuan Bajo, Rumah Adat Bena-Bajawa, Kampung Adat Wologai dan Danau Kelimutu-Ende, Gunung Boleng Adonara-Flores Timur, Gunung Egon-Maumere dan lainnya.
“Paling sering muncak ke gunung Ile Ape dan dulunya sebelum kerja, untuk di NTT hampir sebulan, dua tempat yang saya pergi kunjungi. Namun, sekarang empat sampai lima kali setahun. Saya berharap agar siapapun yang berkunjung ke tempat wisata di mana pun, jangan lupa untuk tidak membuang sampah sembarangan” tutup Ama Kayo yang pernah bergabung bersama NGO Plan Internasional Kabupaten Lembata.
(Laporan Netal K)






Komentar